Minggu, 17 Agustus 2008

SIMALANCA yang ditulis oleh Wisran Hadi

SIMALANCA
Oleh:
Wisran Hadi

Tokoh legendaris yang cerdik, licik, galir dan prolifik di dalam cerita rakyat Minangkabau namanya Si Malanca. Dia bisa jadi apa saja (sekarang mungkin dapat dipadankan dengan Gubernur, Bupati atau Walikota).

Si Malanca memang hebat, terutama dalam menyelami watak warganya. Menurut Si Malanca, setiap warga harus didengar keluhan, kritik atau saran-sarannya. Karena bagi warga itulah yang penting yaitu berbicara di depan Si Malanca. Setelah mereka bicara, selanjutnya mereka dengan bangga akan bicara pula di warung dan lepau; “Lah den kecek an bana ka Si Malanca tu. Inyo iyo bajanji ka mamparatian kampuang awak ko! Maangguak-angguak inyo maiyoan apo nan den kecek an.

Bicara tuntas dihadapan Si Malanca adalah kebanggaan tersendiri. Dengan bicara tuntas di depan Si Malanca, artinya sipembicara telah melepaskan hutang sosial mereka.

Kebanggaan demikianlah yang dipergunakan Si Malanca dalam menjalankan pemerintahan nagarinya.

Si Malanca juga mengunjungi dan mengundang tokoh-tokoh masyarakat datang ke rumahnya. Bicara berbagai hal tentang nagari dan masyarakatnya. Dan para tokoh-tokoh masyarakat itu pula, dengan semangat yang penuh mereka bicara segala aspek tentang kehidupan masyarakat, lengkap dengan kritik, solusi, nasehat-nasehat, pepatah-petitih dan lain sebagainya.

Si Malanca mendengarkan semua itu dengan penuh perhatian. Sehingga tokoh-tokoh itu mendapat kesan dan yakin, bahwa apa yang mereka katakan secara langsung kepada Si Malanca, adalah sebuah pekerjaan mulia dan penting. Ikut membantu kesulitan yang dihadapi Si Malanca.

Betapa bahagianya mereka si Malanca pun mendatangi kampung-kampung yang masih belum lengkap sarana umumnya. Jalan berlubang-lubang, listrik belum masuk, sarana air tidak terawat, dan sebagainya. Orang-orang kampung senang, karena Si Malanca telah berkunjung ke kampung itu. Orang-orang kampung pun bangga, karena Si Malanca tampak benar-benar telah mendengar keluhan warganya. Bahkan dengan ramah Si Malanca mengatakan, bahwa kampung itu harus mendapat prioritas untuk dibangun dan dilengkapi sarana umumnya. Itulah yang membuat Si Malanca dekat di hati warganya. Si Malanca selalu bersedia mendengar keluhan warganya.

Akan tetapi, setelah tokoh-tokoh masyarakat itu pulang dari rumah Si Malanca, atau setelah Si Malanca pulang dari kunjungannya ke kampung-kampung itu, Si Malanca segera melupakan kata-kata atau kritik para tokoh masyarakat, janji-janjinya pada orang kampung. Si Malanca kembali meneruskan pekerjaannya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dia bangun pasar di mana tempat yang disukainya, dibiarkannya anak-anak miskin terlantar, bahkan kendaraan macet pada setiap persimpangan dilihatnya sebagai sebuah dinamika kehidupan, dan sebagainya, dan sebagainya.

Sampai sekarang, apabila ada seorang pejabat yang tampaknya sangat antusias mendengar kritik masyarakat tetapi diam-diam pejabat itu mengerjakan apa yang disukainya sendiri, lalu mereka yang mengenal cerita rakyat Si Malanca akan mengatakan; Ah, memang baitu kalakuan Si Malanca.

Resep apakah yang dipakai Si Malanca dalam menghadapi berbagai persoalan masyarakat yang suka dengan kebanggaan-kebanggaan demikian? Itulah resep tentang kelicikan yang paling ampuh yang dimiliki orang Minangkabau; iyoan nan di urang, laluan nan di awak. Dan Si Malanca-Si Malanca itu sampai hari ini telah mempergunakannya dengan sebaik mungkin.


Untuk melihat contoh-contoh pituah-pituah si Malanca silakan klik di:

http://nagari.or.id/index.php?moda=wisran&no=131

Tidak ada komentar: